NASIONALISME DALAM LAMPU

0
133

WAJAH Burhan tampak sumringah setelah melihat struk tagihan PLN. Meski lampunya bertambah banyak, pemakaian listriknya justru lebih sedikit.

Burhan tidak memasang alat penghemat listrik yang sering muncul di iklan internet. Bapak dua anak itu juga tidak mencuri listrik.

Tagihan listrik di rumahnya sekarang lebih hemat setelah Burhan mengganti semua bohlam di rumahnya dengan Surya LED.

Apakah Surya LED? Surya LED merupakan merek lampu listrik hemat energi yang diinisiasi Lazismu dengan pengusaha muda Faiz Makarim.

Satu lampu Surya LED 7 Watt menghasilkan cahaya seterang lampu pijar beberapa kali lipatnya. Luar biasa!

Dalam kerjasama itu, Faiz Makarim mendonasikan Rp 2.000 untuk setiap unit lampu yang terjual di pasar ke kas Lazismu sebagai infak.

“Kerjasama ini menghasilkan benefit ganda bagi konsumen. Selain menghemat biaya listrik rumah tangganya juga telah berinfak untuk berbagai amal sosial yang dijalankan Lazismu,” kata Faiz Makarim.

Kabar soal Surya LED yang menjadi viral di media sosial pekan lalu itu, ternyata sampai ke ruang Farida Zed, Direktur Konversi Energi, Kementerian ESDM.

Wanita berdarah campuran Aceh – Minang itu pun mengirim undangan kepada Faiz Makarim dan Lazismu. Farida benar-benar penasaran dengan Surya LED, karena baru mengenal merek ini dari media sosial.

“Saya sudah lihat produknya. Tapi ingin tahu, apakah produk ini 100 persen impor tetapi diberi merek lokal, atau sebagian komponennya impor dengan sebagian lagi kandungan lokal, atau malah 100 persen lokal,” jelas Farida.

Rupanya, Kementerian ESDM tengah melakukan pendataan terhadap berbagai merek lampu listrik hemat energi yang beredar di pasaran untuk membuat peta industri lampu listrik nasional. Berbagai merek lampu listrik hemat energi tampak berjejer di meja tamu di ruang kerja Farida.

Dari beberapa merek lampu yang sudah diperiksa, ternyata semuanya produk impor dari China dengan kandungan lokal nol persen. Hanya merek, kardus dan cetakan bungkusnya yang dari dalam negeri.

“Kami ingin mendorong tumbuhnya industri lampu listrik nasional. Kami sedang mencari perusahaan dalam negeri yang sudah bisa memproduksi lampu listrik dengan kandungan lokal yang tinggi agar dana pembangunan dari pajak rakyat itu tidak lari ke produsen lampu di luar negeri,” jelas Farida.

“Kami anak bangsa yang mengedepankan nasionalisme. Surya LED adalah cita-cita kami menuju lampu merah putih,” kata Faiz.

Untuk merealisasikan lampu merah putih itu, Surya LED telah menggunakàn komponen lokal yang memenuhi standar SNI dan standar lampu di negara maju. Pada produksi tahap awal ini, kandungan lokalnya baru 20 persen. Enam bulan lagi kami akan naikkan sampai 40 persen,” kata Faiz.

Penambahan kandungan komponen lokal itu akan dilakukan seiring dengan peningkatan kapasitas produksi Surya LED merespon animo pasar yang cukup baik. Saat ini, kapasitas produksi Surya LED masih tergolong kecil. Maksimal 10 ribu unit per bulan.

Farida tampak gembira mendengar penjelasan Faiz. “Saya lahir dan besar di lingkungan Muhammadiyah. Orang tua saya dulunya pengurus Muhammadiyah di Aceh. Saya bangga dengan ide pembuatan Surya LED ini. Surya LED ternyata tidak hanya sekedar lampu listrik hemat energi, tetapi ada semangat merah putih di dalamnya,” kata Fariida.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.