Home Kolom BILA PETERNAK KAMBING SEPERTI AYAM LAPAR DI LUMBUNG PADI

BILA PETERNAK KAMBING SEPERTI AYAM LAPAR DI LUMBUNG PADI

0

PAK Idung tampak sibuk meracik susu formula di dalam botol. Padahal dia tidak sedang punya balita. Rupanya susu itu diperuntukan bagi dua ekor anak kambing yang baru lahir tiga hari lalu.

“Susu induknya tidak cukup. Maklum, induknya kurus,” kata Pak Idung.

Di kandangnya yang sederhana, Pak Idung memelihara dua ekor induk betina. Dua-duanya sudah beranak. Total kambingnya sekarang tujuh ekor.

Pak Indung tampak serius mengamati anak-anak kambing itu. “Ini sumber penghasilan saya,” jelas Pak Indung.

Mengapa hanya tujuh ekor kambing? “Susah pakannya,” papar Pak Idung, warga kampung Cigurui, Sukajaya, Jonggol, Bogor, Jawa Barat.

Jawaban Pak Idung cukup mengherankan, mengingat desa itu punya sawah. Bahkan rumah Pak Idung berada di samping sawah yang sedang panen padi jenis beras merah.

Mengapa tidak mengolah pakan dari sawah? “Kami tidak tahu caranya,” jawab Pak Idung.

Sepenggal dialog dengan Pak Idung sebenarnya sudah bisa menggambarkan kondisi umum masyarakat kampung Cigurui. Kurangnya pengetahuan menyebabkan mereka seperti pepatah “ayam lapar di lumbung padi”.

Secara kebetulan, PP Muhammadiyah memiliki lahan wakaf seluas kurang lebih 50 hektar. Tanah tersebut wakaf Pak Sutrisno Lukito, seorang Tionghoa yang mualaf beberapa tahun lalu.

Tanah yang luas itu dibelah dua sungai kecil. Salah satunya tidak pernah kering sepanjang tahun.

Berjarak sekitar 1 kilometer dari jalan raya, lahan wakaf tersebut seharusnya bisa menjadi sentra pertanian, perkebunan, perikanan dan peternakan yang menyejahterakan masyarakat sekitarnya.

Inilah tantangan Lazismu. Bisakah Lazismu dan warga Muhammadiyah menyulap lahan tidur itu menjadi produktif?

Optimalisasi lahan wakaf tidak hanya penting untuk PP Muhammadiyah, tetapi juga penting bagi masyarakat sekitar yang pra sejahtera. Dengan sumber daya yang ada di Muhammadiyah, rasanya tidak sulit menyulap lahan luas itu menjadi produktif.

Masalahnya hanya pada kebulatan niat saja. Mau apa tidak? Sekarang atau kapan-kapan?

Semangat….

Foto: Joko Intarto, seorang penyuluh wirausaha pertanian tampak sedang selfie.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Exit mobile version