Degradasi kondisi sungai dalam beberapa waktu terakhir yang berlangsung cepat patut diwaspadai. Terlebih wilayah Kabupaten Pacitan memiliki potensi banjir besar sumbangan dari aliran-aliran sungai yang melingkupi wilyahnya. “Masalah utama yang kita hadapi adalah sampah. Utamanya sampah plastik,” kata Bupati Indartato pada peringatan Hari Air Sedunia di Desa Karanganyar, Kecamatan Kebonagung, Jum’at (22/3/2019). Indartato pun lantas mengisahkan kondisi aliran sungai sekitar dua atau tiga dasawarsa lalu. Dimana saat itu air masih cukup bersih. Demikian pula dengan sepanjang kawasan alirannya yang tidak dipenuhi sampah.
Karenanya ia meminta kepada masyarakat untuk mengelola sungai dengan baik. Tujuannya tentu untuk mengembalikan fungsi sungai sebagaimana mestinya. Sebagai tindak lanjut, pemerintah kabupaten sendiri telah berkerjasama dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo dan Cabang Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur wilayah Pacitan. Khususnya dalam upaya penghijauan kembali kawasan-kawasan tangkapan air disepanjang aliran sungai. Sepanjang tahun 2018 diperkirakan ada lebih dari 50 ribu batang pohon telah ditanam pada program reboisasi catchment area. “Sehingga fungsi wilayah-wilayah tangkapan air untuk mereduksi luapan banjir dapat berfungsi dengan maksimal,” ucap dia.
Selain melakukan penanaman tanaman buah-buahan, Bupati dan Sekretaris Daerah Suko Wiyono beserta bersama PD terkait juga ikut membersihkan sampah disungai setempat. Tidak itu saja, rombongan juga mendatangi sejumlah titik tempat warga melakukan kerja bakti bersih-bersih aliran sungai. Diantaranya di Desa Purwoasri, Kayen, Sukoharjo, Kembang, dan Sirnoboyo.
Keberadaan air sebagai sumber penghidupan memang tak tergantikan. Namun ironisnya, dari total jumlah air di bumi yang tersedia, hanya 2,5 persen diantaranya dapat dikonsumsi. Sehingga diperlukan upaya sungguh-sungguh untuk menjaganya tetap lestari. (arif/nasrul/juremi tomas/danang/humaspacitan).