Pacitan — Tahun baru Islam 1 Muharram atau tahun baru Hijriyah 1440 atau dikenal dengan 1 Suro 2018 yang jatuh pada Selasa (10/9/2018), masyarakat Jawa memiliki beragam upacara adat budaya atau ritual yang biasa digelar.
Salah satunya, upacara Ngambupancer yang dihadiri jajaran Forkopimda Pacitan, para sesepuh, masyarakat serta para generasi muda pacitan.
Kirab sesajen Ngambupancer yang dilakukan siang hari 1 Suro itu tersaji berbagai sesajen polo pendem ( hasil bumi ), jajan pasar, berbagai bunga serta tak lupa pula dupa wangi.
Yang lebih menajubkan lagi, kirab sesajen Ngambupancer yang akan di larung ke samudera di iringi 1 putri cantik dengan pakaian bagai Nyi Roro Kidul dan 2 pengawal putri sambil berlenggak lenggok menari menuju bibir pantai untuk melarung sesajen .
” upacara adat Ngambupancer ini sebagai tanda syukur pada Tuhan maha pencipta dan iringan tarian putri laut itu melambangkan seorang Ibu yang tangguh dalam membimbing anak-anaknya. Sedangkan diantara salah satunya sesaji sego Asahan unsurnya untuk seorang ibu dalam membesarkan anaknya,” kata Edy, yang melarung punden sajen.
Usai upacara adat larung sesaji dan membuka lomba Jolo, Bupati Pacitan Indartato mengatakan ” upacara adat Ngambupancer ini bukan ritual akan tetapi merupakan upacara adat jawa yang sudah turun temurun dari nenek moyang kita, dari makna upacara ini menandakan bahwa kita bersyukur atas apa yang telah diberikan oleh Allah SWT terhadap bumi Pacitan,” katanya.
Selain itu, dengan diberikannya alam dan pantai yang indah ” kita harus melestarikan pantai agar tetap bersih dari sampah serta menjaga konservasi kehidupan laut dari kepunahan,” ulas Bupati.
Kedepannya, Bupati juga berharap ” upacara adat Ngambupancer ini terus kita adakan dan ini menandakan rasa syukur dan tidak ada makna lain dari itu,” pugkas Bupati.(Bc)NETIZEN pacitan