Sampah, menjadi masalah bersama masyarakat di seluruh belahan dunia. Tak terkecuali bagi warga di Desa Sukoharjo, Pacitan.
Plastik-plastik yang terhanyut di sepanjang sungai Rejoso (Anak Sungai Grindulu) yang melintasi di desa itu sempat menjadi momok mengerikan pada akhir 2017, kala itu banjir bandang menerjang akibat badai siklon tropis.
“Momentum itu menjadi titik balik persepsi masyarakat kami,” ujar Aangsari Wibowo, Ketua Pokja Dusun Ngerjoso Desa Sukoharjo dengan menghadirkan Bersih Kali Kepada Diskominfo Pacitan (20/09).
Sehingga pemerintah desa beserta masyarakat menyambut baik gerakan masyarakat dengan mendukung acara bersih kali. Meski utamanya menjaga kelestarian sungai, bukan untuk desa wisata. “Desa wisata akan otomatis terbentuk jika sungai kita benar-benar bersih dan indah,” ujar salah satu warga yang enggan disebut namanya.
Sebenarnya bersih sungai bukanlah satu inovasi, dahulu kala resik kali sudah dilakukan leluhur pada musim kemarau tiba. Berjalannya waktu budaya ini seakan terabaikan, sehingga kegiatan ini perlu dibudayakan.
Masih banyak pekerjaan lanjutan untuk menunjang sungai sehingga benar-benar bersih, penanaman pohon disepanjang bantaran pun kedepan harus dilakukan, utamanya pohon yang dapat menyimpan air.
Sekarang, berangsur-angsur sungai mulai bebas sampah, setiap warga yang menaiki Getek harus memungut sampah.
Tak hanya itu, bantaran sungai menjadi tempat yang asik bagi warga untuk bersantai ria di sore hari atau pun di akhir pekan yang panjang.
Kemarau masih panjang, debit air masih cukup, untuk kebutuhan sehari-hari melalui sumur, bahkan untuk mengairi sungai, seluruh warga bermimpi Sungai Ngerjoso menjadi icon sungai terbersih seperti sungai Hudson di Amerika. (budi/dza/riy/rch/tika/DiskominfoPacitan).