Haul Pendiri Tremas, Kaum Muslimin Diminta Kedepankan Akhlak

0
350
Pendiri pertama Pesantren Tremas Pacitan Almagfurlah KH Abdul Manan Dipomenggolo yang wafat tahun 1860 masehi diperingati haulnya, Kamis (12/7) sore di area pemakaman masyayikh Desa Semanten, Pacitan, JawaTimur. Haul dihadiri ribuan peziarah yang terdiri dari para santri, para alumni, dan kaum muslimin-muslimat dari daerah Pacitan.
Peringatan haul KH Abdul Manan Dipomenggolo berlangsung khidmat. Haul diisi dengan tahtimul qur’an dan tahlil yang dipimpin oleh KH Muhammad bin KH Harir (Gus Muham) dari Pesantren BUQ Betengan Demak. Rangkaian haul digelar sejak Selasa malam (10/7), diawali dengan semaan Qur’an Bil Ghaib dan pembacaan Maulidurrasul.
Syekh Shodiq Muhammad yang datang dari Makkah, Arab Saudi berkesempatan memberikan uraian haul kepada para peziarah. Menurut Syekh yang fasih berbahasa Indonesia itu, tujuan memperingati haul para ulama tiada lain untuk berkirim doa dam mengingat tentang kematian.
“Tidaklah penting kita membuat lampu (untuk penerangan makam) karena sewaktu saat itu akan rusak. Yang penting adalah kita membuat lampu untuk bekal dialam kubur. Apa lampu di alam kubur? Yaitu amal shalih,” katanya.
Syekh juga menitipkan sejumlah pesan agar umat muslim selalu menjaga iman dan mengutamakan akhlak. Karena tidak ada kekayaan yang lebih utama selain memiliki kekayaan akhlak. Sebab Rasulullah SAW diutus ke bumi untuk menyempurnakan akhlak.
“Kita harus menghormati ulama, menghormati manusia, menghormati negara, isteri, anak, rumah tangga, dengan akhlak yang baik. Masuk surga itu karena akhlak. Karena tujuan tersebarnya islam adalah akhlak,” tuturnya.
Sementara itu pengasuh PesantrenTremas KH Muhammad Habib Dimyathi menuturkan bahwa KH Abdul Manan Dipomengolo mendirikan Pesantren Tremas pada tahun 1830 Masehi. Awal mula pesantren yang dirintisnya berada di Desa Semanten. Namun beberapa waktu kemudian pesantren tersebut pindah ke Desa Tremas hingga sekarang ini.
“Dan saat ini Pesantren Tremas sudah berada pada kepemimpinan atau masa yang keenam sejak Mbah Kiai Abdul Manan,” ungkapnya.
Kiai yang akrab disapa Gus Mamuk itu menjelaskan, Kiai Abdul Manan Dipomenggolo adalah peletak batu landasan bagi kebesaran Pesantren Tremas dan bagi generasi sesudahnya, seperti Syekh Mahfudz Attarmasi, Kiai Dahlan Al Falaki, Kiai Dimyathi, dan Kiai Abdurrazaq.
Kiai Abdul Manan sendiri merupakan kakek dari ulama-ulama yang kesohor kealiman dan kiprahnya itu. Hingga beliau diakui sebagai salah satu peretas jejaring ulama Nusantara.
Kiai Abdul Manan Dipomenggolo memiliki reputasi keilmuan yang cukup luas. Riwayat pendidikan KH Abdul Manan dimulai dari Pesantren Tegalsari Ponorogo, berguru kepada KH Hasan Besari dan di Universitas Al Azhar Mesir pada tahun 1850-an, berguru kepada Grand Syeikh Al Azhar ke-19, Ibrahim Al Bajuri. KH Abdul Manan Dipomenggolo dikenal sebagai generasi pertama orang Indonesia yang belajar di Universitas Al Azhar Mesir. (ZaenalFaizin/Muiz)