Rangkaian Acara Hajatan Ke 272 Kabupaten Pacitan, Bupati Ziarah Ke Makan Pendiri Pacitan

0
239

Bupati Pacitan Drs H Indartato, MM mengatakan bahwa keberadaan Pacitan tak pernah lepas dari peran serta para pendahulu. Menurutnya, para pendahulu di Pacitan telah meletakkan pembangunan Pacitan dengan kokoh.

Hal tersebut disampaikan Indartato usai melakukan agenda ziarah (nyekar) ke makam Kanjeng Jimat atau Tumenggung Jogokaryo. Tumenggung Djokokaryo dalam sejarah Pacitan adalah bupati ke enam, yang memimpin selama empat tahun sejak tahun 1812-1826 masehi.

Bupati Pacitan Indartato memimpin sendiri ziarah ke makam Kanjeng Jimat di atas Bukit Giri Sampurno, Desa Tanjungsari, Turut serta  dalam rombongan Wakil Ketua DPRD Gagarin serta sejumlah pejabat teras Pemkab Pacitan.

Bupati Indartato mengatakan, agenda ziarah ini dimaksudkan agar masyarakat Pacitan tidak lupa sejarah. Sekaligus bentuk penghormatan kepada para pendahulu yang telah berjasa bagai berdirinya Kabupaten Pacitan.

”Hari ini tidak akan ada tanpa ada masa lalu. Para pendahulu telah meletakkan pondasi pembangunan Pacitan dengan kokoh,”katanya, dilansir laman Pemkab Pacitan.

Usai prosesi doa  bupati melakukan tabur bunga. Dzikir dan doa juga dipanjatkan untuk almarhum Bupati Soejono yang makamnya berada di bawah komplek makam Kanjeng Jimat.

Selain makam Kanjeng  Jimat, ziarah cikal bakal juga dilaksanakan di dua lokasi berbeda. Wakil Bupati Yudi Sumbogo memimpin rombongan lain berziarah ke makam Notopuro di Desa Sukoharjo, sementara Ketua DPRD Pacitan memimpin rombongan di makam Setroketipo, Desa Widoro.

Ziarah cikal bakal Pacitan menjadi agenda rutin yang dilaksanakan sehari menjelang Hari Jadi Kabupaten Pacitan tiap tahunnya.

Sebagai informasi, seperti dikutip dari buku Pacitan The Heaven of Indonesia, Kanjeng Jimat atau Kyai Jayaniman adalah seorang kyai yang saat sebelum beliau menjadi pemimpin tertinggi di Pacitan hanyalah seorang modin di Kampung Tanjungsari.

Itupun karena beliau diambil anak angkat oleh Tumenggung Setrowijojo I, sembari memperdalam ilmu keislamannya di Tanjungsari. Setelah beliau jadi modin di Tanjung, beliau diangkat menjadi Ngabehi di Arjowinangun, dan pada puncaknya, setelah Tumenggung Setrowijoyo I meninggal dunia, dan digantikan oleh Tumenggung Setrowijiyo II.

Pada akhirnya diketahui bahwa keadaan Tumenggung Setrwoijoyo II yang sakit–sakitan dan juga kurang piawai menjalankan roda pemerintahan, akhirnya digantikan oleh Kyai Jayaniman, atau kemudian disebut dengan Kyai Kanjeng Jimat. Saat Kyai Djayaniman menjadi Tumenggung, beliau berganti nama menjadi Tumenggung Jokokaryo I. Kyai Djayaniman atau Kanjeng Jimat dalam sejarahnya adalah keturunan ke-XII Ki Ageng Buwonokeling yang berkuasa sejak 1840. (tyo)beritaplatmerah.com