Pacitannews – Kethek ogleng merupakan salah satu kesenian yang ada di pacitan. Kesenian ini berawal dari sebuah cerita kerajaan jawa, yaitu kerajaan Jenggala dan kerajaan Kediri yang kemudian dituangkan ke dalam seni gerak tari. Secara turun temurun kesenian ini tetap eksis di kalangan masyarakat desa Tokawi kecamatan Nawangan kabupaten Pacitan, terutama ketika sedang diadakan kegiatan syukuran atau pun pada saat hajatan.
Dalam tarian kethek ogleng, diceritakan bahwa puteri Dewi Sekartaji atau putri dari kerajaan Jenggala menjalin hubungan asmara dengan Panji Asmara Bangun pangeran dari kerajaan Kediri. Hubungan mereka sangat harmonis, karena keduanya saling mencinta dan seolah tidak bisa dipisahkan. Akan tetapi, orang tua mereka tidak sejalan dengan cinta anak-anaknya, ayahanda sang puteri mempunyai kehendak lain, beliau menginginkan puterinya untuk menikah dengan pria pilihannya. Sang puteri menolak, tetapi ayahnya yang seorang raja bersikeras menginginkan agar anaknya menikah denga pria pilihannya, sampai akhirnya sang puteri dipaksa untuk menikah dengan pria tersebut. Karena cintanya pada Panji Asmara Bangun dan untuk menghidar dari paksaan ayahnya, sang puteri pun secara diam-diam meniggalkan kerajaan Jenggala tanpa sepengetahuan orang tuanya.
Malam hari sang puteri berangkat dengan diiringi dayang istana menuju kearah barat. Mengetahui sang kekasih pergi meninggalkan kerajaan, kemudian Panji Asmara Bangun pergi untuk mencari sang puteri. Panji Asmara Bangun singgah dirumah seorang sang pendeta dan diberi wejangan. Pergi kearah barat dan menyamar menjadi Kethek (kera). Begitu pula sang puteri yang menyamar sebagai Endang Roro Tompe (seorang gadis dengan tompel di wajahnya).
Sang Tompe hidup menyendiri di sebuah pondok di hutan. Ia hanya berteman kan binatang liar yang hidup di sekitar hutan. Begitu juga dengan sang Kethek, ia hidup menggelantung dari pohon yang satu ke pohon yang lainnya di sebuah hutan belantara. Setelah sekian lama, sang Kethek pun bertemu dengan sang Tompe. Awalnya keduanya tidak saling mengenal, akan tetapi lama kelamaan keduanya pun saling mengenal dan menjadi akrab. Karena mereka sudah merasa akrab, akhirnya mereka pun merubah wujudnya seperti semula. Sang Kethek kembali menjadi Panji Asmara Bangun dan sang Tompe pun kembali menjadi Dewi Sekartaji. Ketika mereka sudah kembali ke wujud aslinya, mereka pun kaget ternyata mereka adalah orang yang saling mengenal dan saling mencari bahkan saling mencintai.
Perjumpaan sepasang kekasih tersebut sangat mengharukan. Mereka pun saling melepas rindu, layaknya sepasang kekasih yang lama tidak bertemu. setelah itu mereka kembali ke kerajaan Jenggala untuk meminta restu dan segera menikah.
Yang menarik dari kesenian Kethek ogleng ini, selain penarinya yang cantik juga tariannya yang menggambarkan kehidupan masa silam dan merupakan kisah nyata, sehingga kesenian ini sangat menghibur bagi wisatawan yang berkunjung ke Pacitan, khususnya bagi wisatawan yang senang dengan wisata kebudayaan berupa tari-tarian.
Tari Kethek ogleng biasanya diadakan pada saamasyarakat mengadakan hajatan khususnya masyarakat desa Tokawi kecamatan Nawangan pacitan, tetapi kadang-kadang tarian ini juga dimainkan pada saat diadakannya acara-acara tertentu misalnya untuk mengiringi grup drum band ketika diadakannya karnaval hari jadi kota Pacitan.
http://royanaldinaputra.blogspot.com