Sekolah Tanpa Gedung

0
264

Sekolah tanpa gedung, tanpa kurikulum, tapi punya ratusan dosen dan ribuan mahasiswa. Mungkinkah? Sangat mungkin. Ini yang menjadi obsesi baru saya dan Pak Lambang Saribuana.

Sekolah Wira yang memiliki motto belajar bisnis cara sableng memang tidak punya gedung dan tidak punya kurikulum. Tapi membernya susah 1.200 dan terus bertambah. Kelasnya pun makin banyak karena muncul kelas-kelas baru setiap bulan.

Semua belajar secara online. Menggunakan teknologi video conference yang praktis dan murah meriah.

Hari ini saya mendapat kesempatan memperlihatkan bagaimana sekolah itu beroperasi. Saat saya diminta mengisi seminar bisnis dan kewirausahaan di Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ).

Pak Lambang saya minta mengajar dari kantornya. Di Manggarai. Saya berada di ruang seminar. Di Kampus Ciputat. Live interaktif.

Walau tak sampai 5 menit karena jaringan internet mengalami gangguan, demo mengajar jarak jauh itu sudah cukup memberi gambaran kepada ratusan mahasiswa dan puluhan dosen yang hadir. Termasuk Pembantu Rektor (PR) III UMJ.

Seandainya UMJ sudah memiliki sarana belajar jarak jauh, tentu Pak Ujang Uko Limar tidak perlu jauh-jauh datang ke seminar itu dari Bandung. Ia harus berangkat pukul 04:00 untuk mengejar jadwal seminar pukul 08:30.

Begitu pun ia masih terlambat tiba di ruangan sekitar 30 menit. Ia terjebak macet dalam perjalanan dari Stasiun Gambir ke kampus UMJ.

“Coba diinisiasi sistem kuliah jarak jauhnya di kampus kita,” kata PR III, sembari menunjuk dosen yang menjadi PIC.(Joko Intarto)