Tidak ada mendung ataupun hujan, salah satu media di Kabupaten Pacitan merilis kelangkaan tabung melon Gas Elpiji 3 Kg. Kabar tersebut sontak membuat Kabid Perlindungan Konsumen Disperindag Pacitan Siti Naimah bersama tim melakukan pemantauan langsung ke sejumlah titik, mulai Sudimoro, Arjosari dan yang lain. “Tidak ada kelangkaan,” katanya kepada Diskominfo Pacitan (28/07).
Bahkan perhari pihak SPBE menggelontorkan volume gas 70 Ton. Angka yang cukup besar, apalagi ternyata stok tersebut rata-rata kebutuhan sehari saja. Apalagi jelang momentum Hari Raya Idul Adha pihaknya telah melobi untuk penambahan kuota. “Kita sudah mengajukan tambahan fakultatif untuk Idul Qurban,” tambah Siti.
Tak puas, Tim Liputan Diskominfo Pacitan pun mencoba mengecek kondisi salah satu pangkalan Pratama Yuda Saputra, di Arjowinangun Pacitan. Hingga pukul 13:00 masih terdapat puluhan tabung gas yang siap dibeli konsumen.
Dari 150 kuota yang dikirim setiap harinya tidak ada keterlambatan maupun pengurangan, termasuk pada akhir Juli ini. “Hingga hari berikutnya pasti ada sisa 5 sampai 10 tabung. Harganya 16 Ribu Rupiah,” terang Yayuk Puji Lestari pemilik pangkalan tersebut.
Masih belum puas, Tim kemudian mencoba menghubungi Ketua Hiswana Migas Madiun, Agus Wiyono. Rupanya Agus telah mendengar informasi tersebut melalui grup Whatsapp dan dan membuatnya cemas. “Kami takut masyarakat kebingungan,” kata Agus.
Pasalnya hingga detik ini pihaknya telah mengirim kuota gas ke Kabupaten Pacitan sesuai dengan permintaan yang ada. Bahkan dirinya mengaku penambahan terus dilakukan jelang hari besar Idul Adha.
Menurut pengamatannya, bisa jadi media yang merilis informasi tersebut belum sepenuhnya memahami mekanisme penyaluran gas bersubsidi tersebut. Sehingga kekurangan yang terjadi di pengecer dianggap sebagai kelangkaan di pangkalan, semakin runyam lagi jika disebutkan di SPBE. Jika yang kehabisan di pengecer, itu merupakan satu kewajaran, mengingat pengecer tidak masuk dalam sistem regulasi.
“Media belum mengerti tentang mekanisme distribusi gas Elpiji 3 Kg,” lanjut Agus. Seharusnya masalah distribusi yang harus disinggung adalah agen dan pangkalan, bukan SPBE. terlebih gas melon merupakan barang bersubsidi yang mempunyai perlakuan khusus, membuat agen sebelum distribusi terlebih dahulu harus mengirim data yang disebut Simolek.
Usai konfirmasi data, barulah gas dapat didistribusikan. Sehingga kemana arah pengiriman gas dapat dipantau pihak Pertamina secara menyeluruh, pemantauan bahkan hingga pada Pertamina pusat. “Jadi jika agen melakukan suplay yang tidak benar maka akan terlacak,” terangnya.
Agus secara gamlang juga mengaku bahwa ada tambahan agen baru di Pacitan, membuat pertamina memberi penambahan kuota untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dari 528 pangkalan yang dibagi oleh 5 agen di Kabupaten Pacitan.
Agus juga tidak main-main, jika ternyata pada pemberitaan tersebut salah satu pangkalan di bawahnya ternyata kedapatan bermain lewat belakang, maka ia tidak segan untuk mendelete tanpa perhitungan. “Yang antri ingin jadi pangkalan banyak, tapi kita harus selektif dan taat aturan pemerintah dan Pertamina” tegas Dia.
Pihaknya juga telah memenuhi laporan realisasi penyaluran Elpiji 3 Kg ke Disperindag yang dilakukan setiap bulan, hal tersebut merupakan acuan nyata sebagai pertanggungjawaban kepada pemerintah secara sah. “Untuk itu kepada masyarakat saya harap untuk tetap tenang terkait informasi tersebut,” pungkas Agas. (budi/wan31/riy/dzk/rch/tika/DiskominfoPacitan).