Bupati Indartato memberikan apresiasi kepada semua pihak yang ikut menjadi pelestari seni budaya. Sebab, nilai dari produk suatu kelompok masyarakat itu sarat nilai-nilai luhur. “Pitutur Jawa sangat arif,” terangnya ketika memberi sambutan pada acara Pameran dan Workshop Nasional Batik Aksara Jawa Parang Pitutur di gedung Karya Darma, Sabtu (2/9/2017).
Menurutnya karena secara geografis berbatasan dengan Jawa Tengah dan Yogyakarta, budaya masyarakat Pacitan bercirikan Mataraman. Dimana selalu menjunjung tinggi anggah ungguh dengan berbuat baik serta memberi manfaat bagi orang lain.
Lebih lanjut bupati menyampaikan, sebagai bentuk upaya pelestarian sekaligus memperkenalkan ikon wilayah di ujung barat daya Jawa Timur ini, ia mewajibkan pejabat di lingkup Pemkab Pacitan menggunakan batik produk lokal. Yakni batik bermotif buah Pace. Terlebih beberapa waktu sebelumnya ada daerah lain yang mencoba menggunakan motif buah bernama lain mengkudu itu sebagai trade mark industri serupa. “Staf di pemkab juga kita minta menggunakan pakaian batik tiga kali sepekan sebelum muncul aturan seragam baru warna putih,” jelasnya.
Sementara, Kasubdit Kesenian Direktorat Kesenian, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Pustanto mengungkapkan, sejak era kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono upaya memperjuangkan batik sebagai warisan dunia dilakukan. Sehingga secara resmi diakui UNESCO dan dimasukkan ke dalam Daftar Representatif sebagai Budaya Tak-benda Warisan Manusia. “Industri batik juga menggerakkan ekonomi masyarakat,” ungkapnya.
Diakuinya, melestarikan seni budaya menjadi hal berat ditengah kemajuan zaman. Padahal itu menjadi bagian dari investasi untuk generasi penerus dimasa akan datang. Termasuk batik pitutur sebagai bentuk hasil seni lokal. “Semoga batik pitutur dapat dikenal hingga mancanegara,” ucap Pustanto. (arif/tarmuji/shopingi/humaspacitan).