Usai dikebumikan di maqbarah Gunung Lembu sebelum ashar, tiba-tiba hujan turun membasahi bumi Tremas. Hujan seakan ikut merasakan duka dan kehilangan atas meninggalnya ustadz Salim yang dikenal sebagai pribadi yang bersahaja dan sederhana itu.
Persis seperti pagi tadi, sebelum tersiar kabar ustadz Salim meninggal dunia, bumi Tremas juga dibasahi hujan rintik disertai tiupsn angin yang cukup kencang. Angin yang datang seperti ingin mengabarkan bahwa ustadz yang telah berpuluh tahun mengabdi di Pondok Tremas itu akan pergi untuk selama-lamanya.
Ugkapan bela sungkawa dan doa terus mengalir dari berbagai pihak, terutama para alumni yang pernah menemui dan diajar langsung oleh Ustadz Salim ketika belajar di Madrasah Salafiyah dahulu. Ustadz Salim sendiri banyak mengampu mata pelajaran Tafsir. Ia menggunakan kitab tafsir Ayatul Ahkam, sebuah kitab tafsir Al Quran yang membahas tentang hukum-hukum islam.
Santri Pondok Tremas banyak memanggil Ustadz Salim dengan panggilan Pak Salim SPP. Karena memang pengabdiannya sebagai bendahara pondok yang mengurusi pembayaran SPP atau syahriyah santri.
Santri Tremas pasti mengenal sosok ini. Sebab tiap menjelang Imtihan Pondok, mereka selalu membayarkan uang SPP kepadanya. Itulah kenapa kata SPP melekat dibelakang namanya. Tanda tangannya pada kartu SPP menjadi sangat berarti bagi mereka yang akan mengikuti Imtihan. Ia begitu teliti memeriksa dan menghitung setiap uang rupiah yang disetor kepadanya.
Selain panggilan akrab itu, ia juga biasa dipanggil dengan sebutan Pak Salim DK. DK merupakan singkatan dari nama Dzulkarnain. Yang tak lain adalah nama ayahnya. Sebab ada dua nama Salim di Pondok Tremas. Yang pertama, Salim TK singkatan dari Tetuko, pria asli Lampung yang menjadi menantu Ustadz Rotal dan yang satunya lagi Salim DK atau Salim Dzulkarnain. Begitulah sebutan pembeda untuk kedua guru senior itu.
Pengabdian merupakan jalan hidupnya. Dedikasi kepada Pondok tidak perlu diragukan lagi. Kesabarannya dalam melayani santri patut diteladani. Ia merupakan sosok penting dalam manajemen keuangan Pondok Tremas. Pengabdiannya didasarkan pada cinta dan ketaatan pada dawuh Masyayikh.
Sosoknya yang sangat sederhana menjadi penanda kesungguhan dalam mengabdi kepada pondok. Ajarannya tentang Qona’ah (menerima) tidak hanya dalam bentuk ujaran semata. Ia selalu mencontohkannya dalam kehidupan sehari-hari. Ia juga merupakan sosok yang jarang berkeluh kesah menghadapi lika-liku kehidupan.
Bagi assatid dakhili ( ustadz yang bermukim di pondok), ia adalah bapak asuh. Ia sangat dekat dan mudah bergaul dengan siapapun. Termasuk pada yuniornya. Ia juga dikenal murah senyum dan memiliki selera humor.
Gedung BP yang terletak di sebelah barat masjid Pondok Tremas menjadi kantor tempatnya bertugas (seperti dalam poto). Ia menempati ruang kecil di lantai bawah. Ruangan inilah yang menjadi saksi bisu pengabdiannya kepada pondok.
Hampir tiap malam ia selalu menyambangi BP. Selain mengerjakan beberapa tugas utamanya, ia sering menghabiskan waktu malam bersama assatid dakhili. Para ustadz muda ini merasa memiliki bapak asuh yang tiap waktu biasa diajak ngobrol, curhat tentang banyak hal.
Hari ini hingga hari yang akan datang kita tidak pernah lagi menjumpai sosok Ustadz Salim. Ia pergi untuk selama-lamanya. Meninggalkan semangat pengabdian tulus tanpa lelah. Ia pergi meninggalkan seorang isteri dan tiga orang anak yang masih kecil.
Selamat jalan guru kami. Semoga engkau ditempatkan di tempat yang indah, Amiin.