Santri Baru Ziarah 41 Hari Tanpa Putus

0
483

Di pesantren yang didirikan oleh KH Abdul Manan Dipomenggolo pada tahun 1830 M ini, lahir sebuah tradisi unik yang sudah berjalan sejak ratusan tahun yang lalu, yaitu setiap santri baru “diusahakan”, bahkan ada yang “wajib” untuk rutin berziarah ke makam masyayikh (sesepuh) Pesantren selama 41 hari berturut-turut tanpa putus.

Santri baru berusaha mentradisikan ziarah ke makam para sesepuh tiap pagi dan sore hari ke makam Gunung Lembu yang terletak sekitar 350 meter barat daya dari komplek Pondok Tremas dan makam Semanten yang terletak di sebuah bukit desa Semanten (pinggiran kota Pacitan) pada setiap hari Kamis dan Jumat.

Di makam gunung Lembu bersemayam para sesepuh dan pengasuh Pesantren Tremas, seperti KH Dimyathi, KH Abdurrozaq, KH Habib Dimyathi, KH Haris Dimyathi, KH Hasyim Ihsan, KH Toyyib Hasan Ba’bud, KH Mahrus Hasyim, dan para kiai Tremas yang lain.

Sedangkan di makam bukit Semanten, Pacitan, dimakamkan para kiai seperti KH Abdul Manan Dipomenggolo (Wafat 1860) pendiri pertama Pesantren Tremas Pacitan yang merupakan generasi pertama orang Indonesia yang belajar di Universitas Al Azhar Kairo Mesir, Sayyid Hasan Ba’bud dan sesepuh lainya.

Kegiatan berziarah selama 41 hari kelihatannya juga ringan dan gampang dilakukan, namun pada prakteknya sangat sulit untuk mencapai target sempurna, ada saja kendalanya, seperti hujan, ketiduran, dan halangan-halangan lainya.

Bila para santri berhasil mencapai target 41 hari tanpa putus, maka itu merupakan pertanda yang baik bagi mereka. Artinya mereka benar-benar sabar dalam menghadapi tes mental kedua ini, setelah tidak tidur siang selama satu minggu.

📷 Kegiatan ziarah bersama santri baru dimimpin oleh asatidz.