Tiga Jam Membedah Pikiran Pak Dahlan Iskan

0
127

Tak terasa obrolan kami ternyata sudah tiga jam! Petugas restoran telah mengemasi meja dan mematikan sebagian lampu pertanda sudah tutup. Kami masih asyik dengan perbincangan seputar pemanfaatan solar cell.

Begitulah suasana pertemuan dengan Pak Weno, pengusaha penyedia solusi energi ramah lingkungan berbasis tenaga sinar matahari itu. Seru. Penuh semangat. Berapi-api. Berikut petikan wawancara saya (JTO) dengan Pak Weno (WEN).

JTO: Sebenarnya apa mimpi Anda terhadap masa depan bisnis solar cell ini?

WEN: Solar cell adalah energi murah, karena tidak harus beli. Ini pemberian Tuhan. Kita bisa gunakan dengan gratis. Jadi, saya ingin agar solar cell ini bisa menjadi sarana bagi rakyat kecil untuk meningkatkan kesejahteraan.

JTO: Mengapa Anda berpikir untuk membantu petani dan nelayan? Bukankah memikirkan pasar industri yang besar lebih menarik?

WEN: Kalau sekedar mau cari untung, melayani pasar industri memang lebih menarik. Tetapi kita harus bisa mendorong pertumbuhan ekonomi di pedesaan dan kampung nelayan dengan menyediakan energi murah.

JTO: Apa karena jaringan listrik di pedesaan dan kampung nelayan yang terbatas?

WEN: Petani dan nelayan ini populasinya besar. Mungkin hampir separo penduduk Indonesia yang lebih dari 200 juta orang itu hidup di sektor tani dan nelayan. Nah, mereka tinggal di pulau-pulau, di hutan-hutan, bahkan di gunung-gunung yang secara geografis sulit dialiri listrik dengan jaringan kabel.

Padahal, mereka perlu listrik. Mereka butuh energi untuk penerangan serta mengolah hasil produksi pertanian maupun perikanan. Untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut, mereka bergantung pada genset. Sedangkan genset butuh bahan bakar minyak. Ini tidak mudah. Sebab untuk mengangkut BBM butuh sarana dan alat transportasi.

Solar cell adalah salah satu solusinya.

JTO: Tapi harga solar cell kan tidak murah?

WEN: Ya, ini banyak persoalannya. Pertama, pasarnya masih kecil. Karena itu, biaya produksinya mahal. Kalau pasarnya besar, industrinya akan menghasilkan produksi dengan biaya yang makin murah.

JTO: Cara mendorong pasarnya bagaimana?

WEN: Ya dengan mengedukasi masyarakat. Semakin massif edukasinya, semakin banyak masyarakat yang mengerti, semakin cepat industri solar cell mencapai titik keekonomian. Saat itulah, masyarakat bisa menikmati solar cell dengan biaya yang ekonomis.

Pak Dahlan Iskan adalah salah satu orang yang sangat concern mengedukasi masyarakat untuk memanfaatkan tenaga sinar matahari. Beliau banyak memberi contoh dengan membuat berbagai prototipe perangkat-perangkat praktis yang bermanfaat untuk masyarakat. Contohnya pompa tenaga sinar matahari untuk pengairan sawah. Itu ide yang luar biasa.

JTO: Apa karena ide itu, Anda ingin menemui Pak Dahlan?

WEN: Terus terang ya! Saya ingin mengeksplorasi pemikiran-pemikiran beliau, karena sejalan dengan tujuan saya untuk menghadirkan solusi energi sinar matahari yang murah dan berlimpah-limpah ini.

JTO: Apa yang menarik dari pemikiran Pak Dahlan?

WEN: Pak Dahlan ini kehebatannya adalah menciptakan kreasi. Beliau mencoba memperkenalkan hal-hal baru yang inspiratif dan beliau melibatkan masyarakat dalam proses produksi.

Pak Dahlan ini mengajarkan agar kalau membuat satu paket perangkat, jangan semua beli dari pabrik. Masyarakat bisa membuat sebagian di antaranya.

Jadi, solar cell beli dari pabrik, tapi rangka untuk dudukannya bisa dibuat sendiri dengan bahan apa saja. Jadilah masyarakat didorong untuk menciptakan industri kreatifnya. Maka tidak hanya pabrik yang menikmati kue industri.

Ini keren sekali.[JTO]