Maksud yang baik belum tentu berakhir baik. Kantor ‘’Indo Pos’’ digeruduk Hercules Cs gara-gara ‘’berita baik’’ pada akhir tahun 2005.
—
Peristiwanya sendiri sudah terjadi cukup lama. Sudah 13 tahun. Tapi sampai sekarang saya masih sering bertanya-tanya. Mengapa Hercules Cs menggeruduk kantor ‘’Indo Pos’’ saat itu.
Keyakinan saya: telah terjadi salah persepsi. Menurut wartawan ‘’Indo Pos’’, artikel itu bernilai positif. Sementara Hercules dkk kemungkinan menilai sebaliknya.
Perbedaan persepsi memang acap terjadi dalam pemberitaan. Masing-masing pihak punya hak untuk menafsirkan berita. Karena itu, redaksi media menyediakan hak jawab bila ada pihak yang merasa kurang berkenan atas penerbitan berita.
Kisah itu bermula dari sebuah features tentang Hercules yang ‘’hijrah’’ dari ‘’dunia lama’’ ke ‘’dunia baru’’. Dalam pandangan penulisnya, perubahan ke ‘’dunia baru’’ itu merupakan sesuatu yang positif. Memberi inspirasi.
Hercules dan kawan-kawannya mungkin menafsirkan berbeda. Penggambaran ‘’dunia lama’’ memberi kesan negatif.
Terjadilah yang tidak seharusnya terjadi. Tanggal 20 Desember 2005. Sekitar pukul 21:30. Kantor redaksi ‘’Indo Pos’’ di Graha Pena Jalan Kebayoran Lama Nomor 12 digeruduk.
Beberapa wartawan yang sedang bekerja menjadi korban pemukulan. Ada satu yang terluka cukup parah dilarikan ke Rumah Sakit Pertamina Pusat (RSPP).
Polda Metro Jaya bergerak cepat. Hercules Cs dan beberapa temannya diamankan. Mereka ditetapkan sebagai tersangka. Dan diadili pada bulan Februari 2006. Persoalan hukum pun selesai.
Beberapa bulan kemudian, saya mendapat permintaan dari bagian pelayanan iklan ‘’Indo Pos’’. Ceritanya, ada lembaga pendidikan yang ingin memasang iklan. Konsepnya advertorial.
Kebetulan tidak ada wartawan ‘’Indo Pos’’ yang bisa membantu saat itu. Semua sudah punya tugas liputan. Padahal ketua Yayasan hanya bisa diwawancari hari itu. Setelah makan siang.
Akhirnya, saya yang mengambil tugas wawancara. Berangkat ke alamat ketua yayasan pendidikan sekretaris. Yang akan memasang iklan itu.
Hampir 10 menit saya menunggu di ruang tamu ketua yayasan itu. Sampai muncul sapaan ramah bersamaan dengan terbukanya pintu.
Deg! Seperti tidak percaya.
Ternyata ketua yayasan lembaga pendidikan sekretaris itu adalah Hercules!
Terus terang saya sempat grogi. Mungkin Hercules paham situasi. Dia pun segera mencairkan suasana. ‘’Kita lupakan masa lalu. Sekarang kita harus bekerjasama memajukan lembaga pendidikan ini,’’ kata Hercules.
Hampir dua jam saya ngobrol dengan Hercules. Di ruang kerjanya. Sebagai ketua yayasan.
Sebelum pulang, kami sempat berfoto bersama. Sayang sekali, saya kehilangan foto bersejarah itu.(joko intarto)