Pacitannews – Target kelulusan ujian nasional (unas) tingkat SMA sederajat di Pacitan gagal terpenuhi. Dua siswa dinyatakan tidak lulus karena nilai rata-rata mereka di bawah standar kelulusan. Masing-masing dari SMKN 3 Pacitan dan MA Muhammadiyah Ketro. Mereka jeblok pada mata pelajaran (mapel) matematika.
Meski demikian dinas pendidikan (dindik) setempat mengklaim tingkat kelulusan unas kali ini lebih baik dibanding tahun lalu. Tahun lalu empat siswa tidak lulus. ‘’Meski meleset dari target yang kami tetapkan, tapi jumlah siswa yang tidak lulus tahun ini turun dibanding tahun lalu. Mereka gagal di mapel matematika,’’ ujar Kasi Kurikulum Dindik Pacitan Eka Priyadi kemarin (20/5).
Menurut Eka, materi soal matematika tahun ini lebih sulit. Berbeda dengan tahun lalu, yang justru nilai matematika lebih baik rata-ratanya dibanding mapel bahasa Indonesia. ‘’Saya pikir memang susah materi soalnya. Bahkan, mereka yang lulus itu nilainya juga rata-rata 6.0,’’ terangnya.
Bagi mereka yang tidak lulus, kata Eka, bisa mengikuti ujian Paket C Agustus mendatang. Selain itu, pihaknya tetap akan melakukan evaluasi menyeluruh dengan pihak sekolah terkait hasil unas yang sudah keluar kemarin. ‘’Untuk evaluasi mungkin pekan depan,’’ ungkapnya.
Terkait rata-rata hasil nilai unas tertinggi yang didominasi sekolah pinggiran, Eka mengatakan sebagai sebuah kemajuan. Menurut dia, itu tandanya pendidikan di Pacitan sudah merata. ‘’Bukannya sekolah unggulan itu kualitasnya merosot. Melainkan, kualitas pendidikan di masing-masing sekolah sudah merata. Tentunya masing-maisng sekolah memiliki trik dalam membekali muridnya menghadapi unas,’’ jelasnya.
Meski demikian, para siswa yang lulus unas tersebut masih belum bisa dinyatakan lulus sepenuhnya. Kata Eka, mereka harus menghadapi dewan guru di sekolah masing-masing untuk pertimbangan perilaku dan hasil ujian sekolah. ‘’Jika salah satu di antaranya tidak memenuhi syarat kelulusan, ya tidak lulus. Jadi, jangan senang dulu,’’ tuturnya.
Pantauan Jawa Pos Radar Pacitan meksi ada larangan dari didik dan polres setempat untuk tidak konvoi dan corat-coret baju, para pelajar tetap melakukan tradisi tersebut. Bahkan, di antara mereka nekat melakukan iring-iringan kendaraan bermotor sehingga harus berurusan dengan petugas Satlantas Polres Pacitan. ‘’Kami sebenarnya sudah menerapkan pengumuman kelulusan dengan cara mengirimkan undangan ke masing-masing rumah para siswa. Tapi, memang tradisi seperti itu susah dicegah,’’ pungkasnya.http://www.radarmadiun.info