MRT Jakarta Berpotensi Gagal

0
325
Sumber antara

Jakarta, autokritik – Megaproyek mass rapid transit (MRT) Jakarta berpotensi gagal, seiring migrasi beberapa perusahaan dari kawasan Sudirman ke selatan ibukota seperti Bintaro, TB Simatupang, dan Serpong. Itu artinya, jumlah penumpang bisa di bawah target PT MRT Jakarta, pemilik proyek MRT.

“Direksi MRT sudah ketar-ketir, karena takut jumlah penumpang tak sesuai  harapan. Kalau itu terjadi, MRT bisa gagal bayar ke JICA selaku kreditor proyek itu,” ujar Ketua Koalisi Pejalan Kaki Alfred Sitorus, belum lama ini.

Dia menjelaskan, relokasi kantor ke pinggiran Jakarta bertujuan menghemat pengeluaran transportasi karyawan. Saat ini, pengeluaran transportasi karyawan rata-rata mencapai 40% dari pendapatan. Dengan relokasi kantor, biaya transportasi bisa dipangkas menjadi 25%.

Selain itu, biaya sewa perusahaan bisa ditekan. Sebab, harga sewa perkantoran di kawasan Sudirman terus membubung.

MRT Jakarta yang berbasis rel akan membentang kurang lebih 110,8 km, yang terdiri atas Koridor Selatan–Utara (Lebak Bulus-Area Kota) sepanjang kurang lebih sekitar 23,8 km dan Koridor Timur–Barat sepanjang kurang lebih 87 km.

Pembangunan Koridor Selatan-Utara dilakukan dalam dua tahap. Tahap I yangdibangun terlebih dahulu menghubungkan Lebak Bulus-Bundaran HI sepanjang 15,7 km dengan 13 stasiun (7 stasiun layang dan 6 stasiun bawah tanah). Trayek ini ditargetkan mulai beroperasi pada 2019.

Tahap II akan melanjutkan jalur Selatan-Utara dari Bundaran HI ke Area Kota sepanjang 8,1 km yang akan mulai dibangun sebelum tahap I beroperasi dan ditargetkan beroperasi 2020. Studi kelayakan untuk tahap ini sudah selesai.

Investasi tahap I koridor Selatan-Utara mencapai Rp 16 triliun. Dari jumlah itu, sekitar 83% ditutup dari pinjaman JICA, sisanya dari pemerintah pusat dan DKI Jakarta. (snx) sumber