Siapa Adian Napitupulu, pengkritik keras Prabowo?

0
1227

Sosok Adian Napitupulu mendadak menjadi bahan perbincangan di media sosial setelah pernyataan kerasnya terhadap capres Prabowo Subianto di sebuah talk show televisi swasta, Rabu malam lalu. Saat itu, Adian yang merupakan pendukung Jokowi-JK diminta pembawa acara untuk mengungkapkan sisi positif Prabowo.

Dengan intonasi tenang, Adian malah menjawab, “Dia (Prabowo) pengurus kuda yang baik.”

Diminta mengungkap sisi positif Prabowo lebih dari itu, Adian menjawab, “Hal yang lain, saya pikir dia memberi harapan kepada banyak perempuan, karena dia perlu ibu negara tentunya.”

Ucapan satire Adian itu mengundang banyak reaksi dari para pengguna media sosial. Ada yang tertawa dan memujinya, ada pula yang mengkritik balik mantan aktivis mahasiswa berpenampilan ‘santai’ tersebut.

Lepas dari hal tersebut, siapa sebenarnya pria bernama lengkap Adian Yunus Yusak Napitupulu itu?

Adian adalah caleg PDIP terpilih dari Dapil Jawa Barat V (Kabupaten Bogor). Di wilayah dengan jumlah pemilih terbesar di Jawa Barat itu, Adian mengumpulkan 35.589 suara. Ini adalah kedua kali dia menjajal kontestasi pemilu, setelah sebelumnya gagal di 2009 di dapil yang sama.

Namun terlalu singkat membicarakan Adian hanya dari kesukesannya di Pemilu 2014. Dia adalah seorang tokoh Forum Kota (FORKOT), salah satu gerakan mahasiswa ‘garis keras’ yang ikut menjatuhkan rezim Soeharto pada pergolakan reformasi 1998. Bersama FORKOT, Adian adalah orang yang menggagas pendudukan Gedung MPR/DPR yang berujung jatuhnya Soeharto pada 1998.

Sikap Adian yang anti-Prabowo tidak mengherankan jika melihat fakta teman-temannya sesama aktivis yang masih hilang hingga kini. Di mata Adian, Letjen (Purn) Prabowo Subianto ikut bertanggung jawab atas penculikan aktivis 1997-1998, setelah mantan menantu Soeharto dipecat dari dinas militer saat menjabat Pangkostrad.

Pernah di acara talk show yang sama, Adian menangis karena teringat Suyat, salah satu rekannya sesama aktivis yang masih hilang hingga kini. “Padahal sehari sebelumnya, saya makan bersama dia,” kata Adian terisak.

Jejak Adian di dunia aktivis cukup panjang. Sebelum Orde Baru tumbang, sebagai aktivis jalanan, Adian kerap kali ditangkap dan dipukuli. Tercatat pada tahun 1995 Adian ditangkap karena terlibat dalam demonstrasi soldaritas di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dalam kasus Sri Bintang Pamungkas terkait aksi demonstrasi anti-Soeharto di Dressden, Jerman. Saat itu, dia ditangkap dan diinterograsi di Polres Jakarta Pusat.

Tidak hanya itu, pada tahun 1996 Adian mendirikan posko Pemuda Mahasiswa Pro Megawati, yang diketahui sebagai satu-satunya posko non PDI yang menggalang dukungan untuk anak pertama Proklamator RI itu. Kemarahan Adian terhadap rezim Orde Baru semakin memuncak, ketika dia menyaksikan dan ikut melakukan perlawanan saat aparat keamanan dan pendukung Suryadi melakukan penyerbuan terhadap kantor DPP PDI pada tanggal 27 Juli 1996.

Di era reformasi, aktivisme Adian juga pernah menyita perhatian publik saat dia nekat melakukan aksi mogok makan tunggal pada tahun 2008, atau tepat 10 tahun perjalanan reformasi. Bersama Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Benteng Demokrasi Rakyat (BENDERA) yang didirikannya, Adian dikenal sebagai salah satu pengkritik keras rezim SBY-Boediono. merdeka.com