Lele Crispy, Tidak Cuma Janji

0
379

Pernah mendengar lele crispy? Ketika bertemu para ahli budidaya lele modern teknologi biofloc, empat bulan lalu, saya diiming-imingi lele crispy nan renyah, gurih dan kriuk-kriuk.

Saat itu saya tidak percaya. Mana ada lele crispy? Lele goreng paling-paling ya ‘’begitu’’.

Meski demikian, budidaya lele di Kampung Bulu, Sawangan, Kabupaten Bogor, akhirnya menggunakan teknologi biofloc. Pak Cheppy dan Pak Heri yang mengiming-imingi saya dengan lele crispy menjadi tenaga ahli di kolam tersebut.

Memasuki usia dua bulan pemeliharaan, bibit lele Sangkuriang yang awalnya hanya seukuran jari anak-anak itu sekarang sudah besar. Dengan penyortiran, bisa diperoleh beberapa ekor yang sudah memenuhi syarat untuk dikonsumsi. Beratnya per 1 Kilogram terdiri atas 8 hingga 9 ekor lele.

Hari Senin petang, saya ditelepon Mas Faiq, wartawan harian ‘’Kompas’’ yang ingin mewawancarai budidaya lele yang merupakan program filantropy lembaga zakat Muhammadiyah, Lazismu itu. Interview dijadwalkan Selasa pukul 10.00 – 11.00.

Segera setelah telepon ditutup, saya hubungi Mas Hari, manager kolam lele. Saya minta disiapkan 3 Kilogram lele yang besar-besar untuk makan siang bersama Mas Faiq dan fotografernya. Sayangnya, saat pecak lele masih dalam persiapan, Mas Faiq harus bergeser ke tempat lain untuk melanjutkan liputan.

Kecewa, tapi juga senang. Kecewa karena gagal memperlihatkan hasil panen dalam keadaan matang. Senang karena jatah wartawan dan fotografer itu bisa saya ‘’embat’’ sendiri. Empat ekor lele ukuran besar di piring pun ludes dalam hitungan menit.

Benarkah lelenya crispy seperti yang dijanjikan Pak Ceppy? Ternyata benar. Lelenya kriuk-kriuk, baunya harum, dagingnya berasa manis dan gurih. Beda jauh rasanya dengan lele yang biasa saya beli di warung kakilima. Mungkin lingkungan kolamnya berbeda, pakannya berbeda, kualitas airnya juga berbeda.

Kolam lele Kampung Bulu saat ini memiliki 80 kolam modern dengan dinding terpal. Masing-masing berukuran diameter 2 Meter dengan tinggi 1,2 Meter. Setiap kolam diisi 4.000 ekor bibit. Dengan mortalitas sekitar 3 persen, pada saat panen setiap kolam akan menghasilkan sekitar 400 Kilogram.

Hasil panen dijual ke warung pecel lele Lamongan, warung Tegal dan warung Padang yang ada di Sawangan dan Depok. Meski demikian, ada juga masyarakat umum yang membeli 2 Kilogram hingga 5 Kilogram untuk konsumsi sendiri. Harga lele di kolam Rp 20 ribu per Kilogram hidup.

Selain untuk budidaya, kolam lele Kampung Bulu juga menjadi pusat pelatihan lele. Sejak Juli lalu, sudah 400 orang yang belajar, terbagi dalam tiga batch. Peserta pelatihan tidak hanya dari Jakarta, melainkan juga dari Aceh dan Papua. Bahkan ada yang dari Malaysia dan Singapura.

Dari sisi pemberdayaan dan pendidikan, tujuan Lazismu dalam pengembangan kolam lele ini boleh dibilang berhasil. Namun dari sisi bisnis, budidaya lele itu masih butuh waktu 0,5 tahun lagi untuk bisa break event point. Maklum, investasi awalnya lumayan besar. Hampir Rp 500 juta yang berasal dari wakaf manfaat seorang pengusaha.

Anda ingin punya usaha budidaya lele Sangkuriang crispy? Saya bisa membantu.[JTO]

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.