Pacitannews – Setelah memasuki musim kemarau yang dimulai di bulan Mei ini, permintaan akan buah jeruk manis dari Pacitan atau dikenal dengan sebutan jeruk baby Pacitan meningkat drastis. Bahkan saking tingginya, sontak hal tersebut berimbas kepada harga buah tersebut, dari yang semula 4.000/kg menjadi 5.000.
Tentu hal ini patut disyukuri oleh petani jeruk baby Pacitan yang biasanya melakukan pengiriman ke Semarang, Bandung, Surabaya dan berbagai kota besar di tanah air.
Seperti diketahui, di awal tahun 200, Pacitan dikenal salah satu daerah penghasil jeruk baby Pacitan. Bahkan menjadi terkenal dengan nama jeruk Pacitan. Kala itu, jeruk manis Pacitan menjadi komoditas yang mampu menopang kesejahteraan rakyat.
Disebut jeruk baby, karena rasanya manis tanpa ada rasa asam, sehingga sari buah segarnya banyak diberikan kepada bayi dan balita. Jeruk manis Pacitan ini cukup menarik, bentuk bulat, ukuran diameter antara 7-8 cm, warna kulit buah hijau kekuningan dengan warna daging buah kuning muda-kuning.
Seperti dilansir dari Litbang Kementan, dikarenakan asalnya dari Pacitan, maka cocok dikembangkan di dataran rendah. Jika ditanam di dataran tinggi, warna kulit buah lebih kuning dengan permukaan kulit buah lebih halus. Bahkan pada tahun 2002, jeruk ini dilepas Menteri Pertanian sebagai varietas unggul nasional.
Namun demikian, jika saat ini anda berkunjung ke Pacitan dengan udara yang panas menyengat dan ingin menikmati segar dan manisnya jeruk Pacitan, dipastikan anda kecewa, dikarenakan jeruk tersebut sudah punah. Menurut informasi penduduk, kejayaan jeruk tersebut direnggut oleh CVPD yang telah menyerang jeruk di Indonesia, tak terkecuali jeruk Pacitan.
Namun, Anda tidak perlu kecewa, sekarang jeruk manis Pacitan bisa ditemui di pasar swalayan, pasar buah, terutama di kota besar seperti Jakarta, Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Solo dan Malang. Anda juga bisa menjumpai jus segar jeruk manis ini di tenda bazar mingguan, diperas di tempat, langsung minum.
Seperti yang dikemas dalam gambar, jeruk manis Pacitan yang berada di pasar swalayan tersebut diproduksi di kecamatan Dau, kabupaten Malang yang saat ini baru mencapai luasan 500 Ha dan terus bertambah. Panen buahnya bisa berlangsung hampir setiap bulan, dengan puncaknya pada Februari – Juli. Rata-rata per bulan dari kecamatan Dau bisa diproduksi 550 ton.
Pada tahun 2011 lalu, Badan Litbang Pertanian mengembangkan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL) di desa Kayen, kecamatan Pacitan, kabupaten Pacitan. Melalui kegiatan MKRPL Kayen inilah, jeruk manis Pacitan dikembalikan ke daerah asalnya. Pemerintah Kabupaten Pacitan akan menindaklanjuti dengan pengembangan kembali jeruk manis di kota asal Presiden SBY ini.
http://pacitanku.com